-->

Notification

×

Pewaris Takhta Jepang Menginjak Dewasa, Tekanan Aturan Suksesi Terasa

Senin, 08 September 2025 | September 08, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-08T16:25:09Z

 Pewaris Takhta Jepang Menginjak Dewasa, Tekanan Aturan Suksesi Terasa


Pangeran Hisahito Resmi Menjadi Dewasa, Tekanan Aturan Suksesi Monarki Jepang Meningkat

Pangeran Hisahito, keponakan Kaisar Naruhito, resmi menyandang status dewasa pada usia 19 tahun, Sabtu (6/9/2025). Upacara kedewasaan ini menjadi tradisi penting dalam keluarga kekaisaran Jepang, sekaligus menandai Pangeran Hisahito sebagai bangsawan pria pertama dalam empat dekade terakhir yang melalui prosesi tersebut.

Upacara sempat ditunda setahun agar Hisahito dapat fokus pada ujian masuk universitas. Dalam prosesi di kediaman keluarga kekaisaran, ia menerima mahkota kanmuri dari utusan kaisar dan menyampaikan rasa terima kasih:

“Saya akan menjalankan tugas dengan penuh kesadaran atas tanggung jawab sebagai anggota keluarga kekaisaran yang dewasa,” ujarnya.

Setelah prosesi, Hisahito mengenakan jubah tradisional dan kemudian busana resmi untuk mengunjungi kuil-kuil penting, termasuk Kuil Ise, serta makam Kaisar Jinmu dan Kaisar Showa.

Pangeran Hisahito kini berada di urutan kedua pewaris takhta, setelah ayahnya, Putra Mahkota Akishino. Ia juga tercatat sebagai mahasiswa baru Tsukuba University, mengambil jurusan biologi, dengan minat pada dunia serangga dan keanekaragaman hayati.



Tekanan Aturan Suksesi dan Polemik Kaisar Perempuan

Meski prosesi kedewasaan berlangsung khidmat, masalah suksesi monarki Jepang tetap menjadi sorotan. Undang-undang kekaisaran 1947 hanya memperbolehkan laki-laki naik takhta, sehingga Putri Aiko, anak tunggal Kaisar Naruhito, tidak berkesempatan menjadi kaisar meski mendapat dukungan publik.

Kondisi ini kembali memunculkan perdebatan mengenai reformasi aturan suksesi, mengingat jumlah pewaris pria semakin menipis. Mantan Kepala Badan Rumah Tangga Kekaisaran, Shingo Haketa, menekankan bahwa isu utama bukan soal laki-laki atau perempuan, tetapi bagaimana memastikan keberlangsungan monarki Jepang.

Sejarah mencatat ada delapan kaisar perempuan, namun hukum modern melarang perempuan naik takhta dan mewajibkan mereka melepaskan status kerajaan jika menikah dengan rakyat biasa. Usulan membuka jalan bagi kaisar perempuan sempat muncul, namun ditunda setelah kelahiran Hisahito.

Dengan status kedewasaan Hisahito, tekanan untuk merevisi aturan suksesi diperkirakan akan kembali meningkat, mengingat garis keturunan pria yang semakin menipis.


×
Berita Terbaru Update