Warga Soroti Bumi Perkemahan Pangkul yang Tidak Terawat di Prabumulih
Prabumulih – Bumi perkemahan di Desa Pangkul, Kecamatan Cambai, kini tampak memprihatinkan. Kawasan yang dulunya menjadi pusat kegiatan pramuka, perkemahan pelajar, hingga berbagai acara kemasyarakatan kini terbengkalai dan ditumbuhi semak belukar, Selasa (26/8/2025).
Dulunya, lokasi ini sempat menjadi magnet kegiatan kepemudaan, menghadirkan puluhan hingga ratusan peserta, tenda-tenda berdiri rapi, dan api unggun yang menghangatkan malam kegiatan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kondisi bumi perkemahan mengalami penyusutan fungsi, jarang digunakan, dan fasilitasnya mulai rusak.
Hibah Desa yang Terabaikan
Kepala Desa Pangkul, Jakaria Yadi, menegaskan bahwa lahan bumi perkemahan sejatinya merupakan hibah dari masyarakat desa.
“Bumi perkemahan itu hibah desa. Sangat disayangkan kalau hanya dibiarkan begitu saja tanpa pemanfaatan,” ujar Jakaria.
Menurutnya, kawasan tersebut memiliki potensi besar jika dikelola dengan baik. Selain untuk kegiatan pramuka, area itu bisa difungsikan sebagai hutan kota, pusat edukasi, wisata alam, maupun arena aktivitas kepemudaan.
“Kami berharap tanah yang telah dihibahkan ini bisa kembali dimanfaatkan secara produktif dan bermanfaat bagi warga Desa Pangkul,” tegasnya.
Jakaria bahkan menegaskan siap menerima pengembalian hibah jika pengelolaan tak kunjung diperbaiki. Dengan pengembalian, lahan bisa menjadi aset resmi desa, sehingga pemerintah desa memiliki wewenang penuh untuk membangun dan mengelola kawasan sesuai kebutuhan warga.
Warga Kecewa
Sejumlah warga sekitar menyayangkan kondisi bumi perkemahan yang terbengkalai. Rumput liar mulai menutupi lapangan, fasilitas tak terurus, bahkan beberapa titik telah rusak parah.
“Dulu kalau ada acara kemah, ramai sekali. Anak-anak sekolah banyak datang, ada tenda-tenda, ada kegiatan api unggun. Sekarang sudah tidak ada lagi, sayang sekali,” kata seorang warga Desa Pangkul.
Warga berharap pemerintah desa atau pihak terkait segera mengambil langkah konkret agar bumi perkemahan dapat difungsikan kembali. “Ini aset desa yang sangat potensial. Kalau dibiarkan, bukan hanya terabaikan, tapi juga bisa menjadi sarang liar dan mengurangi nilai lingkungan,” tambahnya.